Jumat, 20 April 2012

benarkah, ALIBI = ALASAN ?


Negara Indonesia emang pake bahasa Indonesia, semua udah pada tau. Bahasa Indonesia punya Kamus Besar Bahasa Indonesia, tau juga kan? Tetapi bahasa Indonesia layaknya bahasa Inggris. Lho? Kok? Apa ini? Apa itu? Apa hayo? (nggak penting)
Jadi  guys and girls (barusan tadi artinya apa?) seperti yang mungkin kita ketahui bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa Internasional. Tapi, apa kalian tahu bahwa Bahasa Inggris itu ±50% berasal dari bahasa Perancis dan Latin? Hal ini karena pada tahun 1066 Inggris ditaklukkan oleh William the Conqueror, sang penakluk dari Normandia,Perancis Utara.
Nggak jauh beda sama bahasa Indonesia yang mendapat pengaruh dari bahasa Portugis, Inggris (yang telah dipengaruhi bahasa latin dan perancis sebelumnya), Belanda, dan Arab.
Flashback kisah gue…. *cling
Jadi pas ada debat antara sekolah gue sama musuh bebuyutannya gara-gara adek kelas gue yang beberapa hari yang lalu ikut lomba Kirab Pramuka dihajar sama pleton sekolah musuh bebuyutan (selanjutnya kita sebut aja SMALB), pada saat sekolah gue menyampaikan Alasan eh tiba tiba dengan semangat Kuda Lumping dan amat sangat kagak sopan banget,  SMALB nyerocos “itu adalah alibi yang tidak berprinsip“. gue bingung, nih guru bahasa Indonesia SMALB siapa sih?
ALIBI = ALASAN? Benarkah? saya akan menemani anda untuk mengupas ini setajam GOLOK!
jujur, gue cukup tergelitik dan mengerang (eh) mendengar penggunaan kata “alibi” sebagai sinonim “alasan”, karena setau  gue arti dari kata “alibi” adalah kurang lebih “tidak berada di waktu pada saat kejadian”. Gue lalu mencoba mencari arti kata “alibi” di kamus besar bahasa indonesia. Cie…
alibi = alasan yang membuktikan bahwa seseorang ada di tempat lain ketika perbuatan kejahatan terjadi (KBBI)
lalu gue coba mencari definisi dari kamus bahasa inggris versi oxford
alibi = a claim or piece of evidence that one was elsewhere when an act, typically a criminal one , is alleged to have taken place (terjemahannya kurang lebih : sebuah pernyataan atau bukti bahwa seseorang berada di tempat lain ketika suatu tindakan, biasanya kriminal, diduga terjadi)
memang ada penggunaan kata “alasan” di definisi menurut KBBI, tapi penekanannya adalah seseorang ada di tempat lain ketika waktu terjadi. hal ini diperkuat dengan definisi dari oxford yang menggunakan kata “claim” (= pernyataan) atau “evidence” (= bukti) dan bukan “alasan”.
perenungan pun berlanjut. ternyata salah kaprah penggunaan kata “alibi” ini sudah mewabah. sampai-sampai sesuatu yang sebenarnya kurang tepat pada akhirnya menjadi sesuatu yang dianggap benar. dan ketika gue merenung lebih jauh, bahkan bertapa, gue sadar bahwa fenomena ini juga terjadi di bidang kehidupan manusia yang lain.
banyak hal yang sebenarnya kurang tepat, atau bahkan bisa dibilang salah, tetapi dianggap benar. keseringan “pembenaran” ini terjadi karena banyaknya orang yang melakukannya. misal, penggunaan kata alibi tadi. alibi dianggap bersinonim dengan alasan karena sebagian besar orang memang menganggap begitulah kebenarannya. ya pada contoh ini memang tidak terlalu jadi masalah, tetapi mari kita lihat contoh lain di mana hal semacam ini menjadi (menurut saya) merusak. *well, gue mau berbahasa yang formal biar kayak di MetroNews
Cuplikan dari Guru Besar Fakultas Sastra Indonesia Universitas … Indonesia.
hal yang paling sederhana, dalam bidang lalu lintas. ijinkan saya bertanya : “berapa banyak orang yang pernah ditilang?”. pertanyaan selanjutnya “berapa orang yang pernah disidang karena tilang?”. saya yakin jawaban pertama dan kedua tidak sama. kenapa? karena bagi banyak orang, jalan “damai” adalah solusi yang paling sering dipilih. saking seringnya, sampai-sampai saya ditertawakan karena disidang untuk tilang. sesuatu yang salah (“damai” dengan pak polisi) justru menjadi “kebenaran” yang lumrah dilakukan orang-orang. kasus lain yang masih dalam konteks lalu lintas adalah penggunaan helm. untuk hal yang satu ini tampaknya sudah sangat umum terjadi. banyak orang yang males menggunakan helm. “toh banyak orang yang melakukannya juga”. dan salah satu alasan yang terpikir oleh saya sebagai penyebab ini antara lain “ah,ntar klo ditilang juga tinggal damai”. dari sini saya melihat adanya kecenderungan suatu “pembenaran” akan membawa pada “pembenaran” yang lain. pada akhirnya banyak “kebenaran” yang terbentuk. tapi apakah “kebenaran” itu benar-benar benar?
saya ingat, ketika saya membuat sim A. setelah ujian sim, pak polisi berpesan untuk menaati aturan lalu lintas. meskipun demikian, beliau juga berpesan bahwa ada kondisi tertentu, di mana hukum menjadi “boleh” dilanggar, terutama untuk kasus-kasus yang menyangkut nyawa. dalam konteks ini saya melihat bahwa tidak selamanya “pembenaran” itu salah. ada kasus tertentu (misal,menyangkut nyawa) di mana “pembenaran” itu bisa “dibenarkan”. tapi bukan berarti “pembenaran” bisa dipakai sesuka hati.
gue kagak nyalahin siapa pun. pesen gue, harap setiap orang mempertimbangkan kembali “kebenaran” yang mereka anut. apakah itu merupakan kebenaran atau hanya suatu bentuk pembenaran. “alibi” bahwa semua orang melakukannya tidak akan pernah menjadi alasan yang benar.
Alasan:argumen, argumentasi, asas, bukti, dalih, dalil, dasar, kausa, keterangan, kilah, latar belakang, pasal,pertimbangan, sebab, tanda,


5 komentar:

  1. Pertama baca langsung tesenyum.. Pinter nulis.. Sipp

    BalasHapus
  2. Pertama baca langsung tesenyum.. Pinter nulis.. Sipp

    BalasHapus
  3. Keren tatanan bahasanya,,aq komen sedikit aja gk sebagus tatanan kata pd ulasan sampean....top

    BalasHapus
  4. Menyampaikan pembenaran dengan bahasa anak muda, yang gaul, kocak, runtut, dan keren, esiiiplah..

    BalasHapus
  5. Bahasanya bikin ga bosen baca, lanjutkan bos..ehehe

    BalasHapus