Jumat, 20 April 2012

Kebablasan dalam Kebebasan


Indonesia sudah merdeka. Tentu udah jelas. Tapi kalau kita mengklaim diri kita manusia yang bebas sebebas-bebasnya; jelas belum tentu. Kebebasan berbicara, bersikap, berperilaku sangat dihargai di negara kita. Kalau di Pancasila, adab dan pekerti berada di poin kedua. Cukup strict. Coba saja kamu menunjuk muka orang sambil bilang; “Anjing, Lu!!”
Apa yang terjadi?
Cukup jelas lah interaksi pekerti di dunia nyata. Bagaimana seorang muda menyapa yang lebih tua; bagaimana mengucapkan sesal atau sayang pada seseorang, bagaimana tata cara meminta bantuan; semuanya jelas.
Nah. Teknologi ajaib bernama internet meluaskan dunia. Tidak hanya dunia nyata, kita sekarang menguasai dunia maya. Dunia virtual. Dunia yang penuh dengan angka-angka binary dan heksadesimal. Sehingga, kadang kita lupa –bahwa dunia maya ini TETAP saja nyata!! Orang-orang yang kita sapa, itu ada!!
Mungkin kita emang bener-bener bebas ketika kita di forum diskusi  dan username nggak jelas. Lo samarkan diri lo jadi tokoh fiktif sesuai imajinasi. Atau ketika lo chatting dan menggoda di miRc. Atau saat lo jadi stranger saat berinterkasi di Omegle.com. Saat itu lo bebas bertindak apa saja. Mau flirting, becanda, misuh-misuh, bebas!! Mau bilangfakyufakyufakyu sama lawan bicara pun juga terserah.
Tapi ketika orang masuk di jejaring sosial yang meminta verifikasi sepertiFacebook, olala, lo bukan anonymous lagi.Atau situs-situs microblogging yang mengedepankan informasi personal tentang diri lo (ngapain, lagi apa, di mana, ingin apa, bagaimana, dsb) –macem Twitter dan Plurk. Kita (sudah) menjadi diri kita sendiri; nyata!! Terlebih jika kawan interaksi kita menkonfirmasi bahwa dia memang beneran mengenal  kita. Terlebih jika ada keluarga kita di sana. Terlebih jika ada pacar, atau kekasih kita..
Olala.. Jika kamu merasa bebas menulis status APAPUN sesuai keinginanmu –tanpa peduli orang lain akan membaca atau tidak; kamu KELIRU!! Orang-orang itu; mereka peduli dengan status kamu. (Kalau nggak salah) dalam teori psikologi ada yang namanya oto-sugesti –yang membuat orang tanpa sadar menyerap informasi dari sapa yang dia baca –meskipun itu nggak menarik baginya.
Kita mahluk sosial, dan kita orang Indonesia. Sekali lagi, mereka peduli dan membaca status kita!!
Maka gue saaangat heran ketika ada kerabat yang misuh-misuh kasar di status Facebook; padahal dia tahu –di friends list dia ada Ibu-nya sendiri. Bukankah itu sama saja dengan memaki di dekat sang Ibu? Tentu lo tahu kasus mbak Luna Maya, yang mengecam impotenmen di Twitter –padahal dia (seharusnya) tahu ada kawan dia di follower list yang mungkin berkecimpung di dunia itu. Dan tentu ada yang ingat kisah pegawai kantor yang dipecat gara-gara ‘ngerasani‘ atasannya, di status yang terbuka.
Namun yang paling debes adalah ketika ada duo sejoli yang bermesraan di ranah maya –nggak malu dengan kerabat dan kawan-kawan yang risih membaca kalimat semacam,
“Sayaaaang, nantih kita ketemu yaaa..”
“Iya, yayangkuuu… Honeykuuu.. Habis ini aku tilpun!!”
“My love, makasih tadi udah dianterin belanjaaa..”
“I love youuuuu, mmuawh muawhh!!!”
Okeh!!
Boleh lah kalau sesekali nge-wall menggoda, (“Hai wajah yang selalu berpijar, apa kabar?”) Tapi kalau setiap detik setiap menit setiap jam ber-uh-oh ria.. ??
Dan keheranan gue yang terakhir adalah buat orang-orang yang tanpa sadar menceritakan aib diri sendiri atau aib orang-orang terdekatnya; untuk konsumsi publik –atau paling engga friends & followers-nya. Misalnya ya, ada cowok nyetatus curhat habis disakitin pacarnya. “Dasar cewek ularrrr.. Dikasi rempela minta hati. Dikasih bubur minta nasi. Cuih!! Kayaknya dia bukan pilihan sejatiku! Cuih cuih!!” Sadar atau engga; bukankah dia sedang mengumumkan keburukan pacarnya ke semua orang?! Huhuhu..
Bebas engga lagi bisa dikatakan bebas jika kebebasan itu masih mengganggu orang lain. Kita bebas bergelontangan main musik, tapi kalau di tengah malam dan mengganggu orang istirahat –bukankah itu kurang ajar? Kita bebas berdendang bernyanyi menari, tapi kalau sambil bugil di keramaian –itu gila bukan?  Kita bebas menulis status, bebas merangkai kata di situs-situs –tapi kalau apa yang kita tulis ternyata menyakiti atau membuat marah orang sampai dia menangis-nangis –apa itu namanya?
Kebebasan kita (di ranah maya) kayaknya udah kebablasan deh..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar